Seminggu sudah Danu dlam keadaan berkalut, walaupun dengan segala macam
cara untuk menghilangkan rasa itu. Rasa seorang anak SD yg ditinggalkan
dari dunia yg fana ini ke hadirat Allah SWT oleh kedua orang tuanya,
akibat gempa bumi di daerah tempat orang tuanya bermukim.
Dulu Pak Agus, ayahnya Danu pernah berjanji kepadanya untuk membelikan sepeda baru. Apabila ia lulus dengan nilai terbaik.
"Nak, ayah punya hajat kepada Danu." ucap Pak Agus saat Danu sedang duduk di teras.
"hajat apa itu ayah?" Danu penasaran.
"Danu ! Mau ayah belikan sepeda baru?"
"mau skali ayah."
"kalau begitu, Danu harus belajar dengan rajin agar nanti Danu lulus dengan nilai terbaik." terang pak Agus.
"Danu usahakan ayah."
Bu Sinta seorang ibu rumah tangga sekaligus sebagai ibunya Danu hanya
tersenyum bangga melihat keluarganya hidup bahagia. Ia selalu berdo'a
kepada Allah SWT agar ia senantiasa memberikan karunia rahmat
kebahagiaan, ketentraman dunia maupun akhirat di kala ia selesai sholat.
* * *
Ketika ujian akhir dilaksanakan, dukungan dari orang tua Danu membuatnya
semakin bersemangat di dalam menghadapi ujian. Hingga akhirnya
pengumuman hasil ujian diumumkan. Berkat kegigihan Danu dalam belajar
serta do'a orang tua yang selalu di panjatkan, akhirnya Danu mendapatkan
nilai terbaik.
"ayah ! Danu lulus dan mendapatkan nilai terbaik." Danu mengkhabarkan
apa yang dialaminya. "terima kasih atas do'a ayah dan ibu." Danu
melanjutkan.
"sepertinya akan ada yang dapat sepeda baru nih !" canda bu Sinta.
"tidak sekarang juga tidak apa apa." ujar Danu.
"Danu ! Ma'afkan ayah." ucap pak Agus, "sekarang ayah belum ada uang untuk membelikan Danu sepeda baru." terang pak Agus.
"tidak sekarang juga tidak apa apa ayah."
Demi memperingati kelulusan di SD 'B', pihak sekolah mengadakan tour
wisata untuk mengunjungi cagar alam di sekitar jawa. Semua telah
dipersiapkan untuk perjalanan selama kurang lebih seminggu.
Tak sengaja Danu menyenggol gelas yang berisi air hingga jatuh dan
pecah. Rasa itu datang, rasa yg tidak enak, ada apa dengan keluarganya?
Seketika itu guru pembimbing mengajak Danu dan teman-temannya untuk
menyaksikan berita di televisi. Ternyata benar pirasat buruk Danu.
Terlihat di layar televisi banyak pohon yang roboh, rumah rumah hancur
yang rata dengan tanah. Tapi, di mana orang tuanya. Bagaimana keadaan
mereka, masih ada atau tiada kah? Pertanyaan pertanyaan yang terbesit di
hatinya membuat Danu tak sengaja meneteskan air matanya.
* * *
Danu sibuk mencari orang tuanya setelah gempa. Ia tidak menghiraukan
orang-orang yg ada di sekitarnya. Danu teringat janji ayahnya untuk
membelikan sepeda baru. Tak sengaja hatinya berbicara. "ayah, ma'afkan
Danu yg selama ini membuat ayah repot untuk membanting tulang hanya
memberikan sepeda baru."
"pak, apakah bapak ada menemukan orang tua Danu."
"siapa nama orang tua Danu."
"pak Agus dan bu Sinta."
"ma'af, kami belum menemukan mereka." ujar petugas pencari korban gempa.
Sehari, dua hari, tiga hari, tetap saja Danu belum menemukan orang
tuanya. Akibat banyaknya bangunan rusak yg menumpuk. Ia hanya bisa
pasrah kepada Allah SWT.
* * *
Danu terbangun dari lamunannya. Ia sangat sedih mengingat kejadian pada
waktu itu. Sekarang Danu tinggal di rumah pak Bayu, pamannya Danu di
desa. Di sana lebih nyaman dari pada di kota. Terutama dari segi udara.
"nduk, makan dulu." ujar bu Lina, istri pak Bayu.
"iya bi."
"ada hadiah untuk danu di samping rumah." ujar pak Bayu.
"hadiah apa?"
"coba Danu lihat saja sendiri, pasti Danu suka." sambung bu Lina.
Danu pun beranjak dari meja makan untuk melihat hadiah apa yg diberikan
oleh paman dan bibinya. Danu terkejut apa yg ada di depan matanya.
Sebuah sepeda baru yg ia impikan. Di benaknya, dari mana pamannya tau
kalau Danu menginginkan sepeda baru. Rasa penasaran itu diketahui oleh
pamannya dari kerutan keningnya. Kemudian pak Bayu menjelaskan perihal
perbincangan antara ia dan pak Agus ayahnya Danu sebelum terjadinya
gempa. Tepatnya sehari sebelum gempa terjadi. Pak Bayu sempat bertemu
dengan pak Agus di tokonya.
Ayah Danu seorang pedagang, hanya saja ketika itu ia mengalami kerugian
yg harus disembunyikan dari keluarganya, terutama Danu agar tidak sedih.
Pak Agus juga menceritakan kalau Danu lulus dengan nilai terbaik, maka
Danu akan dibelikan ayahnya sepeda baru.
Danu baru mengerti dan memaklumi setelah pak Bayu menjelaskan semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar