bisnis online

Jumat, 31 Oktober 2014

Kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif Bahasa Arab



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar! Ungkapan itu sudah klise sebab kita sudah sering mendengar ataupun membacanya, bahkan membicarakan dan menuliskan ungkapan tersebut. Akibatnya , kita pun dapat bertanya “Apakah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu masih belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?” Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut. Melalui analisis  kesalahan berbahasa, kita dapat menjelaskan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan. Bagaimana cara kita mengalisis bahasa yang baik dan benar itu? Hal itu lah yang akan dibahasa dalam makalah ini. Setelah mempelajari, kita dapat mempraktikannya dalam berbahasa Indonesia. Akhirnya pernyataan”pergunakanlah bahasa yang baik dan benar”menjadi kenyataan.
Dalam makalah ini kami selaku penulis mengedepankan aspek kesalahan berbahasa taksonomi efek komunikatif baik itu dari segi pengertian dan jenis jenis kesalahannya.

B.     Rumusan Masalah
          Dalam makalah ini kami memaparkan:
1.      Apa Pengertian Kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif?
2.      Apa saja Jenis Jenis kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif ?

C.    Tujuan  Penulis
          Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengkaji lebih dalam mengenai kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif. Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa sebagai calon pendidik mampu melakukan eliminasi evaluasi dan klarifikasi kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif
Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang memunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1988:141). Hal itu dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan norma-norma bahasa yang telah ditetapkan dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini dapat dilakukan oleh siapa saja.
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah.
Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
1.      taksonomi kategori linguistik;
2.      taksonomi siasat permukaan;
3.      taksonomi komparatif; dan
4.      taksonomi efek komunikatif.
Taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca (Tarigan, 1988:164).

B.    Jenis Jenis kesalahan Berbahasa Taksonomi Efek Komunikatif
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu:
1.       kesalahan global (global errors)
Kesalahan global adalah kesalahan yang memengaruhi kesalahan organisasi kalimat sehingga benar-banar mengganggu komunikasi. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
a.      Salah menyusun unsur pokok.
Misalnya:
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya:
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
Contoh Bahasa Arab:
يَتَعَلَّمُونَ الفِقْهَ الطُّلاَّبُ فِى الفَصْلِ
Yang seharusnya:

الطُّلاَّبُ يَتَعَلَّمُونَ الفِقْهَ فِى الفَصْلِ *
b.      Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.
Misalnya:
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya:
Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang.

Contoh Bahasa Arab:
إِشْتَرَيْتُ قَلَماً نَسِيْتُ إشْتِرَاءَ الكِتَابِ
Yang seharusnya:

إِشْتَرَيْتُ قَلَماً لَكِنّيِ نَسِيْتُ إشْتِرَاءَ الكِتَابِ *
c.       hilangnya ciri kalimat pasif.
Misalnya:
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya:
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

Contoh Bahasa Arab:
أَكَلَ الطَّعَامُ
Yang seharusnya:

أُكِلَ الطَّعَامُ *


2.      kesalahan local (local errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang memepengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan local itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu dislesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

Contoh Bahasa Arab:
فَتْحُ المُحَاضَرَةِ العَامُ اليومَ يَفْتَحُهُ رَئِيْسُ الْجَامِعَةِ
Yang seharusnya:
يَفْتَحُ رَئِيْسُ الْجَامِعَةِ المُحَاضَرَةَ

Konsep Media Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam peroses belajar.  Para guru dituntut agar mampu memahami, menggunakan alat-alat yang  tersedia  dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataanya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan.
Alasan yang sering muncul antara lain terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, biaya maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat di dalam makalah ini di antaranya adalah:
1.      Apa definisi media pembelajaran?
2.      Bagaimana landasan-landasan media pembelajaran?
3.      Bagaimana fungsi media dalam pembelajaran?
4.      Bagaimana kegunaan media dalam pembelajaran?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang terdapat di dalam makalah ini di antaranya adalah:
1.      Menerangkan definisi media pembelajaran.
2.      Menjelaskan landasan-landasan media pembelajaran.
3.      Menjelaskan fungsi media dalam pembelajaran.
4.      Menjelaskan kegunaan media dalam pembelajaran.

D.    Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya materi maupun hal – hal yang berhubungan dengan rumusan masalah di atas, maka pemakalah membatasi pembahasan ini sesuai yang terdapat dalam rumusan masalah. Mengenai hal lain yang tidak memiliki hubungan dengan hal – hal yang tercantum pada rumusan masalah di atas tidak penulis uraikan pada makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Media Pembelajaran
Istilah media pembelajaran memiliki beberapa pengertian. Gerlach dan Ely (1971), misalnya menunjukkan pengertian media secara luas dan sempit. Adapun secara luas yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah setiap orang, materi, atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Adapun pengertian secara sempit yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan oleh guru yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, pengertian tersebut cenderung menganggap wujud media adalah alat-alat grafis, foto grafis, atau elektronik untuk menganggap, menyusun  kembali informasi visual atau verbal.[1]
Pengertian lain dikemukakan oleh Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2002). Mereka mengemukakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang di antaranya terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televise dan computer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.[2]
Wilbur  Schraman menyebutkan bahwa media adalah sebuah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan intstruksional. NEA (National Education Association) juga mengatakan bahwa media ialah sarana komunikasi dalam bentuk cetak, pandang, amupun dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Hal ini berupa bentuk-bentuk komunikasi, baik literal maupun audio visual serta peralatannya. Walaupun menggunakan redaksi kata yang berbeda, akan tetapi para ahli tersebut memiliki tujuan yang sama berkenaan dengan media. Kiranya dapat disimpulkan bahwa mereka sependapat dalam beberapa hal. Pertama, media merupakan wadah dari pesan yang ingin di terskan oleh sumber atau penyalurnya kepada sasaran atau penerima pesan tersebt. Kedua, materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional. Ketiga, tujuan yang ingin di capai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (peserta didik).[3]
Adapun batasan yang diberikan, terdapat persamaan-persamaan, di antaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Namun pada dasarnya media pembelajaran tersebut dipakai oleh seorang guru untuk:
1.      Memperjelas informasi atau pesan pengajaran.
2.      Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting.
3.      Memberi variasi pengajaran.
4.      Memperjelas struktur pengajaran.
5.      Memotivasi proses belajar siswa.
Dengan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para pakar pembelajaran tentang pengertian media pembelajaran, yang satu sama lain banyak memiliki kesamaan yaitu bagaimana pesan atau informasi secara efektif dan efesien dapat diterima dan selalu diingat oleh pembelajar.

B.     Landasan-Landasan Media Pembelajaran
Menurut Daryanto dalam bukunya, Media Pembelajaran ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, tekhnologis, dan empiris.

1.       Landasan Filosofis
Didalam landasan filosofis ini terdapat suatu pandangan bahwa “dengan digunakannya berbagai jenis media hasil tekhnologi baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi”. Tetapi pendapat tersebut mendapatkan suatu sanggahan bahwa dengan adanya berbagai media pembelajaran, siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya dan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya.

2.       Landasan Psikologis
Landasan psikologis sangat penting dipertimbangkan dalam penggunaan media pebelajaran, karena persepsi siswa juga sangat mempengaruhi dalam menentukan hasil belajar. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi, hendaknya diupayakn secara optimal agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Daryanto adalah:
a.       Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa dan memberikan kejelasan objek yang diamatinya.
b.      Bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Dalam hal psikologis, anak akan lebih mudah mempelajari hal yang bersifat konkrit, ada beberapa pendapat dari beberapa ahli, diantaranya:
a.       Menurut Jerome Bruner, ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Menurut Bruner, hal tersebut berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
b.      Menurut Charles F. Haban, nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep. Beliau membuat jenjang berbagai jenis media mulai dari yang paling nyata ke paling abstrak.

3.       Landasan Tekhnologis
Tekhnologi pembelajaran atau tekhnologi pendidikan (instructional technology/educational technology) menurut Daryanto (2010:14) adalah teori dan praktik perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, serta penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, tekhnologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Teknologi pendidikan menurut AECT (Association for Educational Communication and Technology) adalah Teknologi pendidikan adalah proses yang komplek dan terpadu (terintegrasi) yang melibatkan manusia, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Landasan teknologi ini sangat dibutuhkan, terutama untuk memecahkan persoalan belajar manusia atau dengan kata lain mengupayakan agar manusia (peserta didik) dapat belajar dengan mudah dan mencapai hasil secara optimal. Pemecahan masalah belajar tersebut terjelma dalam bentuk semua sumber belajar atau sering dikenal dengan komponen pendidikan yang meliputi: pesan, orang atau manusia, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Dari komponen-komponen sumber belajar dalam kawasan teknologi diatas, dua diantaranya adalah bahan dan peralatan. Walaupun tidak secara langsung media tercantum sebagai komponen sumber belajar, tetapi kedua komponen tersebut sebenarnya adalah komponen media.

4.       Landasan Empiris
Menurut sukiman dalam bukunya pengembangan media pembelajaran, agar proses belajar dapat efektif perlu juga disesuaikan dengan tipe atau gaya belajar peserta didik. Gaya belajar adalah kecenderungan orang untuk menggunakan cara tertentu dalam belajar. Secara umum ada tiga macam gaya belajar, yaitu:
a.      Visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat. Ciri-ciri gaya visual adalah teliti terhadap yang detail, mengingat dengan mudah apa yang dilihat, mempunyai masalah dengan instruksi lisan, tidak mudah terganggu dengan suara gaduh, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca dari pada dibacakan, lebih suka metode demonstrasi dari pada ceramah, bila menyampaikan gagasan sulit memilih kata, rapih dan teratur, dan penampilan sangat penting.
b.      Auditorial, yaitu belajar melalui apa yang didengar. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah bicara pada diri sendiri saat bekerja, konsentrasi mudah terganggu oleh suara ribut, senang bersuara keras ketika membaca, sulit menulis tapi mudah bercerita, pembicara yang fasih, sulit belajar dalam suasana bising, lebih suka musik dari pada lukisan, bicara dalam irama yang terpola, lebih suka gurauan lisan dari pada membaca buku humor, dan mudah menirukan nada, irama dan warna suara.
c.       Kinestetik, yaitu belajar lewat gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapat perhatian, banyak bergerak dan selalu berorientasi pada fisik, menggunakan jari sebagai penunjuk dalam membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak bisa diam dalam waktu lama, menyukai permainan yang menyibukkan, selalu ingin melakukan sesuatu, dan tidak mudah mengingat letak geografis.
Berdasakan landasan rasional empiris tersebut, pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru. Akan tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar, materi pelajaran, dan media itu sendiri.
C.    Fungsi Media Dalam Pembelajaran
1.      Memperjelas konsep
Dengan menggunakan media, konsep abstrak dapat di sajikan menjadi nampak kongkrit sehingga mudah di pahami. Misalnya definisi di bidang filsafat, hukum, agama dengan kalimat yang panjang-panjang dan abstrak. Jika disajikan dengan media akan menjadi jelas.

2.      Menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks
Materi pelajaran yang kompleks susah untuk di pahami. Dengan menggunakan media materi pelajaran yang kompleks dapat di sederhanakan. Misalnya letak gedung pertemuan disuatu kota, jika di sajikan, dengan menggunakan denah akan mudah di cari letaknya.



3.      Menampak dekatkan yang jauh, menampak jauhkan yang dekat
Objek yang jauh maupun yang sangat dekat akan susah diamati. Dengan menggunakan media teropong atau tele-lensa, maka objek yang jauh akan nampak dekat. Dan mudah di amati. Misalnya penggunaan teropong bintang untuk mengamati bintang-bintang dilangit. objek yang terlalu dekat sulit di amati. Dengan menggunakan mekanisme zoom in dan zoom out atau menggunakan wide-angellense maka objek dapat di nampak jauhkan sehingga mudah di amat. Contoh, pengambilan gambar dalam suatu ruangan yang sempit. Dengan menggunakan wide-angel lense atau camera zoom in dan zoom out, pemotret atau cameramen dapat mengambil gambar seluruh isi ruangan.

4.      Menampak besarkan yang kecil, menampak kecilkan yang besar
Objek yang sangat kecil sulit di amati. Dengan menggunakan mikroskop maka objek yang kecil seperti bakteri dapat di amati. Objek yang besar seperti bangunan gedung bertingkat dan bangunan candi borobudur, sulit di amati secara menyeluruh. Dengan membuatkan model atau miniature, maka objek-objek yang besar tersebut dapat di amati.

5.      Menampakcepatkan dan menampaklambatkan proses
Dalam pembelajaran pendidik akan mengalamai kesulitan kalau harus menjelaskan proses secara alami yang akan memakan waktu lama, misalnya pertumbuhan tanaman. Untuk mempercepatkan pengamatan, maka di gunakan media vidio yang bisa menampakcepatkan proses (fast motion).

6.      Obyek yang bergerak cepat sulit di amati gerakannya secara mendetail.
Dengan menggunakan video yang dapat memperlambat gerakan(slow motion), maka gerakan objek dapat di amati.

7.      Menampak gerakan yang statis, menampakstatiskan yang gerak.
Obyek yang mempunyai fungsi gerak, misalnya roda, gigi versnelling, zecker pada mesin sepeda motor, agar mengetahui gerakannya dapat di gunakan media vidio. Sebaliknya kuda balap yang sedang berlari, dapat di amati degan membuat video dalam keadaan berhenti (pause).

8.      Menampilkan suara dan warna sesuai aslinya.
Dengan suara atau gambar yang di sajikan olehn pendidikan belum tentu dapat di peroleh suara dan warna yang jelas. Dengan menggunakan suara dan potret berwana maka suara dan warna dapata di sajikan dengan jelas misalnya rekaman ucapan bahasa inggris oleh native speaker , foto warna daun, warna bendera berbagai negara, warna bungan dan sebagainya.[4]

D.    Kegunaan Media Dalam Pembelajaran
Kegunaan media dalam proses belajar mengajar sangat penting. Berbagai kegunaan media pembelajaran telah dibahas oleh para ahli. Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2011) bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif  dari penggunaan media sebagai bagian penting pembelajaran di kelas, antara lain:
1.      Penyampaian pesan menjadi lebih baku karena setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
2.      Pembelajaran bisa lebih menarik karena dapat membuat siswa terjaga dan memperhatikan.
3.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
4.      Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan/ isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak.
5.      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila media pembelajaran dapat mengkomunikasikan pengetahuan dengan cara yang baik, spesifik, dan jelas.
6.      Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diperlukan.
7.      Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dapat ditingkatkan.
8.      Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.[5]

  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Media pembelajaran  yang satu sama lain banyak memiliki kesamaan yaitu bagaimana pesan atau informasi secara efektif dan efesien dapat diterima dan selalu diingat oleh pembelajar.
Media Pembelajaran ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, tekhnologis, dan empiris.
Adapun fungsi media dalam pembelajaran itu diantara:
1.      Memperjelas konsep
2.      Menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks
3.      Menampak dekatkan yang jauh, menampak jauhkan yang dekat
4.      Menampak besarkan yang kecil, menampak kecilkan yang besar
5.      Menampakcepatkan dan menampaklambatkan proses
6.      Obyek yang bergerak cepat sulit di amati gerakannya secara mendetail
7.      Menampak gerakan yang statis, menampakstatiskan yang gerak
8.      Menampilkan suara dan warna sesuai aslinya
Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2011) bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif  dari penggunaan media sebagai bagian penting pembelajaran di kelas.


[1] Abdul Wahab Rosyidi, M. Pd., Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Malang  Press, 2009), hal. 25 - 26
[2] Ibid.
[3] Ulin Nuha, M.Pd.I. , metodologi super efektif pembelajaran bahasa arab,  jogjakarta: Diva press, November 2012, hlm 264-265

[4] Prof. Dr. Mustaji, M.Pd., Media pembelajaran, Unesa University Press, 2013, hlm6-7
[5] http://ulphyer.blogspot.com/2012/04/fungsi-dan-kegunaan-media-dalam-proses.html (diakses pada 22 september 2014)